Selasa, 08 Oktober 2024

MERAJUT KEARIFAN LOKAL DALAM GERAK

KEARIFAN LOKAL

Pengertian Kearifan Lokal

Sendratari Luh Boyo Kali Comal, di pentaskan di Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta

Kearifan lokal adalah pengetahuan, nilai, pandangan hidup, dan kebiasaan yang berkembang dalam suatu masyarakat lokal dan diwariskan secara turun-temurun. Kearifan lokal lahir dari interaksi masyarakat dengan lingkungannya, baik alam, sosial, maupun budaya, dan mencerminkan cara hidup masyarakat tersebut. Kearifan lokal seringkali berhubungan dengan cara masyarakat menjaga kelestarian alam, menjalankan adat-istiadat, dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi sehari-hari.


Ciri-Ciri Kearifan Lokal

  1. Berbasis pada pengalaman masyarakat lokal: Kearifan lokal biasanya berasal dari hasil pengalaman dan adaptasi masyarakat terhadap lingkungan alam dan sosialnya.

  2. Berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem: Banyak kearifan lokal yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan dan mengajarkan masyarakat untuk menjaga alam.

  3. Bersifat dinamis: Kearifan lokal berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Meski diwariskan secara turun-temurun, pengetahuan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.

  4. Memiliki nilai moral dan etika: Kearifan lokal tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai yang diyakini masyarakat, seperti kebersamaan, gotong royong, kejujuran, dan kedamaian.

Contoh Kearifan Lokal di Indonesia

  1. Subak 〈Bali: Sistem pengelolaan irigasi tradisional yang diterapkan oleh masyarakat Bali. Subak adalah contoh kearifan lokal yang mengatur pembagian air secara adil dan berkelanjutan antar petani di sawah. Subak tidak hanya mengatur distribusi air, tetapi juga mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan di masyarakat Bali.

  2. Sasi Maluku dan Papua: Tradisi larangan menangkap ikan, berburu, atau menebang pohon dalam jangka waktu tertentu untuk menjaga kelestarian sumber daya alam. Setelah masa larangan berakhir, masyarakat diperbolehkan memanfaatkan sumber daya tersebut. Sasi adalah salah satu cara untuk mencegah eksploitasi berlebihan terhadap alam.

  3. Tana Ulen Kalimantan: Sistem perlindungan hutan oleh suku Dayak di Kalimantan. Dalam sistem Tana Ulen, hutan tertentu dikelola secara adat dan dijaga agar tidak dirusak atau dieksploitasi sembarangan. Hutan tersebut hanya boleh digunakan secara terbatas dan dengan persetujuan komunitas adat.

  4. Gotong Royong Seluruh Indonesia: Nilai gotong royong adalah salah satu contoh kearifan lokal yang paling universal di Indonesia. Gotong royong mencerminkan kebersamaan dan kerjasama masyarakat dalam menyelesaikan pekerjaan atau masalah secara kolektif. Tradisi ini sangat penting dalam memperkuat rasa solidaritas dan persatuan dalam masyarakat.

  5. Ngaben Bali: Upacara pembakaran jenazah yang merupakan bagian dari tradisi Hindu Bali. Ngaben bukan hanya sebuah ritual keagamaan, tetapi juga mencerminkan pandangan hidup masyarakat Bali tentang siklus kehidupan dan kematian. Ini adalah contoh kearifan lokal yang berakar pada kepercayaan spiritual masyarakat.


Fungsi Kearifan Lokal

  1. Pelestarian Lingkungan: Banyak kearifan lokal mengandung aturan tentang bagaimana cara menjaga kelestarian lingkungan, seperti larangan menebang pohon tertentu, menjaga sumber air, atau mengelola pertanian secara berkelanjutan.

  2. Identitas Budaya: Kearifan lokal menjadi bagian penting dari identitas suatu kelompok masyarakat. Nilai-nilai lokal ini memberikan ciri khas yang membedakan satu kelompok dengan yang lainnya.

  3. Penyelesaian Konflik: Kearifan lokal sering digunakan untuk menyelesaikan konflik atau masalah dalam masyarakat, seperti sengketa tanah, perjanjian adat, atau pembagian hasil panen.

  4. Mempertahankan Tradisi: Melalui kearifan lokal, masyarakat menjaga warisan budaya mereka agar tetap lestari dari generasi ke generasi. Ini mencakup adat istiadat, kesenian, serta upacara keagamaan dan sosial.

  5. Pendidikan Moral: Kearifan lokal seringkali berisi nilai-nilai moral, seperti pentingnya kerja sama, kejujuran, dan rasa hormat terhadap orang lain dan alam. Hal ini memberikan panduan bagi masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Peran Kearifan Lokal di Era Modern

Meskipun zaman terus berkembang, kearifan lokal tetap relevan dalam banyak aspek kehidupan modern. Dalam menghadapi tantangan global, seperti perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan krisis sosial, banyak kearifan lokal yang menawarkan solusi berkelanjutan yang sudah terbukti efektif selama berabad-abad.

Menjaga kearifan lokal melalui seni tari


Kearifan lokal juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi inovasi modern. Misalnya, praktik pertanian tradisional yang berkelanjutan dapat diadaptasi ke dalam teknologi pertanian modern untuk mendukung ketahanan pangan tanpa merusak lingkungan.

Tantangan dalam Melestarikan Kearifan Lokal

  1. Globalisasi: Masuknya budaya dan nilai-nilai asing dapat menyebabkan masyarakat meninggalkan kearifan lokalnya. Generasi muda cenderung lebih tertarik pada hal-hal baru dan modern, yang membuat mereka kadang lupa atau tidak peduli dengan tradisi dan nilai-nilai lokal.

  2. Perubahan Lingkungan: Beberapa kearifan lokal terkait erat dengan lingkungan alam. Ketika lingkungan berubah akibat pembangunan, deforestasi, atau perubahan iklim, praktik-praktik kearifan lokal bisa menjadi sulit diterapkan.

  3. Kurangnya Pengakuan Hukum: Kearifan lokal seringkali tidak diakui secara formal oleh hukum negara. Hal ini membuat beberapa kearifan lokal tidak mendapatkan perlindungan yang layak dari pemerintah.



Kesenian Daerah Sebagai Bagian dari Kearifan Lokal

Pengertian Kesenian Daerah

Kesenian daerah adalah segala bentuk ekspresi seni yang berasal dari suatu daerah tertentu dan berkembang dalam budaya lokal. Kesenian ini mencerminkan nilai-nilai, tradisi, dan kehidupan sehari-hari masyarakat di daerah tersebut. Kesenian daerah sering kali mencakup tarian, musik, pertunjukan teater, seni rupa, hingga kerajinan tangan. Kesenian daerah merupakan bagian dari kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun dan menjadi identitas budaya dari suatu masyarakat.

Asal-Usul Kesenian Daerah

Kesenian daerah biasanya berasal dari kebutuhan masyarakat setempat untuk mengekspresikan diri dalam berbagai kegiatan sosial, ritual keagamaan, atau upacara adat. Banyak kesenian daerah yang terlahir dari kehidupan sehari-hari masyarakat yang erat kaitannya dengan alam, kehidupan agraris, maupun spiritualitas.

Berbagai faktor yang mempengaruhi asal-usul kesenian daerah antara lain:

  1. Kepercayaan dan Agama: Banyak kesenian daerah yang berasal dari ritual keagamaan atau spiritual masyarakat, seperti tari-tarian yang digunakan dalam upacara adat atau pertunjukan teater yang menceritakan kisah-kisah mitos dan legenda.
  2. Kondisi Alam: Lingkungan alam juga mempengaruhi kesenian daerah. Di daerah pesisir, kesenian daerah sering mencerminkan kehidupan masyarakat nelayan, sementara di daerah pegunungan atau pedesaan, kesenian bisa menampilkan kehidupan agraris.
  3. Sejarah dan Kebudayaan Lokal: Pengalaman sejarah, hubungan antarsuku, atau pengaruh dari kerajaan-kerajaan besar juga mempengaruhi berkembangnya kesenian daerah.

Ciri Khas Kesenian Daerah

Ciri khas kesenian daerah bisa dilihat dari beberapa aspek, seperti:

  • Bentuk seni yang unik dan tradisional: Setiap daerah memiliki gaya seni yang berbeda, yang mencerminkan identitas budaya masing-masing.
  • Nilai-nilai lokal yang tercermin: Kesenian daerah sering kali memuat nilai-nilai kearifan lokal, seperti gotong royong, rasa syukur, penghormatan pada leluhur, dan kelestarian lingkungan.
  • Bahasa daerah yang digunakan: Dalam banyak kesenian, bahasa daerah digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan cerita, pesan, atau filosofi dalam bentuk seni tersebut.
  • Kostum dan properti yang khas: Tarian atau pertunjukan teater daerah biasanya menggunakan kostum tradisional dan properti yang mencerminkan budaya setempat.
  • Penggunaan alat musik tradisional: Kesenian daerah sangat erat dengan alat musik lokal yang digunakan, seperti angklung, gamelan, sasando, tifa, dan sebagainya.

    Tarian tradisional di Jawa biasanya diiringi dengan suara gamelan

Contoh Kesenian Daerah di Indonesia

  1. Tari Saman Aceh

    • Asal-usul: Tari Saman berasal dari suku Gayo di Aceh. Tarian ini awalnya digunakan sebagai media dakwah agama Islam oleh seorang ulama bernama Syeikh Saman.
    • Ciri Khas: Tari Saman dilakukan oleh sekelompok penari yang duduk berbaris dan menampilkan gerakan tangan, badan, dan kepala yang cepat serta harmonis. Tari ini dilakukan dengan iringan nyanyian yang juga dibawakan oleh para penari.
    • Nilai-nilai: Tari Saman mengajarkan kebersamaan, kerjasama, dan disiplin, karena gerakan yang cepat dan sinkron membutuhkan keharmonisan di antara penari.
  2. Wayang Kulit Jawa Tengah

    • Asal-usul: Wayang kulit sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha di Jawa, dan berkembang sebagai media untuk menyampaikan kisah-kisah Ramayana dan Mahabharata.
    • Ciri Khas: Pertunjukan wayang kulit menggunakan boneka dari kulit yang digerakkan oleh dalang di balik layar. Dalang juga menyuarakan dialog tokoh-tokoh dalam cerita wayang.
    • Nilai-nilai: Wayang kulit mengandung pesan moral tentang kebaikan dan kejahatan, keberanian, dan kebijaksanaan. Cerita wayang sering diselipkan dengan kritik sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat.
  3. Tari Kecak Bali

    • Asal-usul: Tari Kecak terinspirasi dari ritual keagamaan masyarakat Bali dan mulai berkembang di tahun 1930-an. Tarian ini dipentaskan berdasarkan kisah Ramayana.
    • Ciri Khas: Tari Kecak melibatkan puluhan pria yang duduk melingkar, bertepuk tangan, dan meneriakkan kata "cak" secara ritmis. Tarian ini biasanya dipentaskan tanpa iringan alat musik, hanya suara vokal dari para penari.
    • Nilai-nilai: Tari Kecak menceritakan tentang kekuatan spiritual dan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan dewa.
  4. Angklung Jawa Barat

    • Asal-usul: Alat musik angklung terbuat dari bambu dan sudah ada sejak zaman Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Alat ini digunakan dalam upacara-upacara adat sebagai persembahan kepada dewa-dewa agar mendapat kesuburan dan kemakmuran.
    • Ciri Khas: Angklung dimainkan dengan cara digoyangkan untuk menghasilkan suara. Setiap angklung menghasilkan satu nada, sehingga dibutuhkan kerjasama antar pemain untuk memainkan melodi lengkap.
    • Nilai-nilai: Angklung mencerminkan nilai-nilai gotong royong, kerja sama, dan keharmonisan dalam komunitas.
  5. Sasando NTT

    • Asal-usul: Sasando adalah alat musik tradisional dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Alat musik ini terbuat dari bambu dengan dawai-dawai yang menghasilkan suara merdu, mirip dengan kecapi.
    • Ciri Khas: Sasando berbentuk unik dengan resonator yang terbuat dari daun lontar, menghasilkan suara khas yang sering dimainkan dalam upacara adat atau pertunjukan seni.
    • Nilai-nilai: Sasando mencerminkan kehidupan agraris masyarakat Rote yang hidup harmonis dengan alam dan mengedepankan rasa syukur serta kesederhanaan.

Fungsi Kesenian Daerah dalam Masyarakat

  1. Sebagai Media Ekspresi Budaya: Kesenian daerah mencerminkan identitas budaya suatu masyarakat dan menjadi media untuk mengekspresikan nilai-nilai lokal.

  2. Sebagai Media Pendidikan: Banyak kesenian daerah yang berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi generasi muda. Misalnya, melalui cerita wayang, nilai-nilai moral dan etika dapat diajarkan kepada masyarakat.

  3. Sarana Hiburan dan Religius: Kesenian daerah tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sering terkait dengan kegiatan religius atau spiritual, seperti upacara adat atau perayaan keagamaan.

  4. Alat Perekat Sosial: Kesenian daerah sering kali melibatkan kerja sama masyarakat dalam pertunjukan atau ritual, yang membantu mempererat rasa persaudaraan dan gotong royong.

  5. Pelestarian Nilai Tradisional: Melalui kesenian daerah, nilai-nilai tradisional dapat terus dilestarikan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

    Kesenian daerah dipentaskan pada acara formal sebagai
    salah satu wujud pelestarian kesenian daerah

Tantangan dalam Melestarikan Kesenian Daerah

  1. Pengaruh Globalisasi: Kesenian daerah menghadapi tantangan besar dari budaya pop dan teknologi modern yang masuk melalui globalisasi. Banyak generasi muda yang lebih tertarik pada budaya global dibandingkan budaya lokal.

  2. Kurangnya Minat Generasi Muda: Banyak kesenian daerah yang mulai kehilangan peminat karena dianggap kuno atau tidak relevan dengan kehidupan modern.

  3. Kurangnya Dukungan dari Pemerintah: Meskipun beberapa kesenian daerah mendapat dukungan dari pemerintah, masih banyak yang kurang diperhatikan dan berisiko punah tanpa adanya program pelestarian yang serius.

Upaya Melestarikan Kesenian Daerah

  1. Edukasi dan Sosialisasi: Memperkenalkan kesenian daerah kepada generasi muda melalui pendidikan formal maupun informal sangat penting agar mereka mengenal dan mencintai warisan budaya lokal.

  2. Dukungan Pemerintah dan Komunitas: Pemerintah, melalui kebijakan pelestarian budaya, harus berperan aktif dalam mendukung kesenian daerah, baik melalui festival budaya, pelatihan, maupun insentif bagi para seniman lokal.

    Festival Budaya merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah dalam pelestarian kesenian daerah

  3. Kolaborasi dengan Teknologi: Mengadaptasi kesenian daerah ke dalam platform digital atau media sosial dapat membantu memperkenalkan budaya lokal kepada khalayak yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.


CATATAN:
Beberapa kearifan lokal justru harus ditinggalkan dan tidak perlu di lestarikan karena mengandung unsur kekerasan atau bertentangan dengan nilai keagamaan. Contohnya seperti berikut ini :
  1. Carok, tradisi dari Madura berupa penyelesaian perselisihan menggunakan kekerasan.
  2. Menguburkan kucing dengan ritual tertentu, misal seseorang menabrak kucing hingga kucing tersebut mati, orang yang menabrak kemudian menguburkan kucing tersebut menggunakan pakaiannya sebagai pembungkus jasad kucing untuk menolak bala. Hal ini bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam.

Latihan Soal

  1. Apa yang dimaksud dengan kesenian daerah?
  2. Sebutkan tiga contoh kesenian daerah di Indonesia yang belum tertulis di atas!
  3. Apa saja ciri khas kesenian daerah?
  4. Mengapa kesenian daerah perlu dilestarikan?
  5. Apa saja tantangan dalam melestarikan kesenian daerah di era modern?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar