Gunung Lawe, 10 km dari pusat kota Banjarnegara, lebih tepatnya terletak di desa Kendaga, kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara. Gunung yang tergabung dalam gugus barisan bukit Lawe-Pawinihan ini merupakan salah satu gunung terindah di Banjarnegara. Gunung ini dapat terlihat dengan jelas dari arah Banjarnegara, dengan fasad berupa gunung batu yang mudah dikenali. Bila berkendara dari Banjarnegara ke arah gunung Lawe, sesampainya di Kendaga akan terlihat betapa gagahnya gunung batu yang menjulang tinggi ini.
Pintu masuk kawasan pendakian gunung lawe terletak di tepi jalan raya Banjarnegara-Pekalongan. Dengan akses yang cukup mudah, jalur trekking yang tidaklah susah serta pemandangan yang sangatlah indah, menjadikan gunung Lawe sebagai salah satu destinasi favorit pendaki gunung dari wilayah Banjarnegara dan sekitarnya.
Perjalanan kami bermula dari kecamatan Purwareja Klampok, berjarak sekitar 36 km dari kaki gunung Lawe. Dalam komposisi rombongan bertujuh 〈tiga diantaranya adalah bocil laskar Cerita Alazka〉 mengendarai 3 sepeda motor kami berangkat sekitar pukul sembilan pagi dengan cuaca yang masih sedikit mendung.
Setelah melewati SMPN 1 Banjarmangu salah satu sepeda motor kami mogok, terpaksa motor kami titipkan ke tukang bengkel agar kami bisa melanjutkan perjalanan. Dan akhirnya kami baru tiba di kaki gunung Lawe sekitar pukul sebelas.
Di kaki gunung Lawe belum terdapat pos retribusi maupun tempat parkir khusus. Namun ada sebuah warung yang pemiliknya berbaik hati menjaga sepeda motor kami. Kamipun menitipkan sepeda motor di depan warung tersebut. Dan mulailah kami mendaki.
Jalan yang kami lalui adalah jalan berbatu yang cukup lebar. Di kanan dan kiri di dominasi pohon pinus 〈Pinus merkusii〉. Pinus adalah sebuah genus pohon konifer atau semak dalam famili Pinaceae 〈Suku tusam-tusaman〉. Tanaman didalam genus ini juga dikenal secara lokal dengan nama pohon tusam atau pohon eru.
Jalan berbatu yang lebar |
Hutan pinus merupakan jenis hutan dengan tanaman yang bersifat homogen. Pohon pinus sendiri hanya dapat hidup di daerah yang mempunyai kondisi iklim yang sedang. Tanaman pinus memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan, industri dan ekologi. Manfaat tanaman pinus dari aspek kesehatan antara lain, mengandung Flavanoid dan Vitamin C. Pada tahun 1940-an peneliti Prancis menemukan bahwa kulit pohon pinus dan daun jarumnya mengandung banyak vitamin C. Tak hanya itu, mereka juga menemukan bahwa pohon pinus kaya akan antioksidan, yaitu flavonol dan bioflavonoid. Senyawa ini kemudian diekstraksi menjadi Pycnogenol dan dipasarkan menjadi suplemen diet. Pycnogenol juga digunakan sebagai obat jet lag, meringankan peredaran darah, nyeri lutut, kram menstruasi, bahkan obat untuk meningkatkan memori pada orang lanjut usia.
Dalam bidang industri, tanaman pinus disadap untuk menghasilkan getah pinus 〈oleoresin〉. Getah pinus yang disadap tersebut kemudian diolah untuk menghasilkan gondorukem dan terpentin yang merupakan bahan baku industri lanjutan. Gondorukem digunakan sebagai bahan baku dalam industri kertas, keramik, plastik, cat, batik, tinta cetak, politur, farmasi, dan kosmetik. Sementara itu, terpentin dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri kosmetik, minyak cat, campuran bahan pelarut, antiseptik, kamper, dan farmasi. Selain getahnya, bagian lain yang dimanfaatkan dari pohon pinus untuk keperluan industri adalah kayunya yang digunakan untuk konstruksi ringan, mebel, pulp, korek api dan sumpit. Tak hanya kayunya, bunga pinus juga kini telah banyak diolah menjadi berbagai macam kerajinan seperti rangkaian bunga untuk dekorasi pesta, bingkai foto, dan beragam kerajinan lainnya yang punya daya jual yang cukup menguntungkan.
Secara ekologis pinus merupakan jenis kayu yang mampu membentuk penutupan vegetasi permanen bersama jenis-jenis tumbuhan lain, sehingga fungsi hidrologi dan konservasi tanah dapat tercapai. Pertumbuhan relatif cepat, tidak memerlukan tempat tumbuh dengan syarat tertentu, dapat tumbuh mulai 200-2000 mdpl, dan perakaran cukup kuat dan cukup dalam sehingga dapat mencegah atau mengurangi bahaya erosi pada tanah kritis. Dengan berbagai keunggulan tersebut pohon pinus sangat cocok dijadikan sebagai tanaman reboisasi
Wait, kok jadi ngomongin pinus tok? Kembali ke perjalanan. Karena belum terbiasa naik gunung, belum lama berjalan kami harus beristirahat dulu. Salah satunya di pohon besar yang telah tumbang ini. Kami beristirahat sambil menikmati pemandangan hutan yang hijau lebat.
Di ujung jalan berbatu yang lebar ini terdapat pancuran air yang bersumber langsung dari mata air. Airnya sangat jernih dan segar, kami bisa langsung meminumnya tanpa dimasak terlebih dahulu. Botol minum pun kami penuhi kembali dengan air mineral alami tersebut.
Perjalanan kami lanjutkan melalui jalan setapak ditengah kebun warga. Ya, di sela-sela pohon pinus banyak ditanami warga dengan tanaman produktif seperti kopi dan kapulaga 〈Amomum compactum〉.
BACA JUGA : CAMPING DI BUKIT TRIANGGULASI, PANIGGARAN
Kapulaga adalah sejenis rempah yang dihasilkan dari biji beberapa tanaman dari genus Elettaria dan genus Amomum dalam keluarga Zingiberaceae 〈keluarga jahe-jahean〉. Kedua genera ini adalah tanaman asli Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Nepal, dan Pakistan. Biji kapulaga dapat dikenali dari biji polongnya yang kecil, penampang irisan segitiga, dan berbentuk gelendong kumparan, dengan kulit luar yang tipis, biji hitam yang kecil dan bau wangi yang khas.
Kapulaga sering digunakan sebagai rempah 〈bumbu〉 untuk masakan tertentu dan juga untuk campuran jamu atau obat-obatan herbal tradisional. Kapulaga dapat dijadikan anti-depresan, caranya dengan mencampurkannya dengan air dalam gelas, tunggu hingga mengendap 〈sekitar 30 menit〉; sebelum dan saat diminum, dapat disela dengan menghirup aromanya.
Saat ini kapulaga adalah rempah termahal ketiga di dunia, setelah saffron dan vanilla, dan menjadi salah satu komoditas ekspor yang penting terutama untuk tujuan ke negara-negara timur tengah, mesir dan India.
Tuh kan belok lagi ceritanya.
Perjuangan jatuh bangun nan melelahkan terbayar sudah tatkala menginjakkan kaki di puncak gunung Lawe. Sebenarnya ini bukan puncaknya si, ini baru camp area-nya saja. Tapi biar penonton tidak kecewa kita sebut saja bahwa kita sudah sampai puncak. Karena untuk summit attack cukup merepotkan dengan tiga bocil yang menyertai. Ini pun peserta sudah sangat senang dengan pencapaian mereka.
Pemandangan hamparan hijau pedesaan dan persawahan dari puncak Lawe sangat menyejukkan hati. Terlihat nun jauh disana kota Banjarnegara hingga liukan sungai Serayu yang menyatu dengan waduk Mrica. Salah satu bendungan di Jawa Tengah yang pembangunannya dimulai pada tahun 1987 dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tahun 1989, selain sebagai PLTA dan destinasi wisata juga untuk dimanfaatkan para petani sebagai sarana menstabilkan aliran air irigasi menuju sawah-sawah yang terbentang di wilayah Banjarnegara dan sekitarnya. Bendungan ini membentuk waduk seluas 1250 hektar, dan menenggelamkan 32 desa di 7 kecamatan yang ada disekitar aliran sungai Serayu Banjarnegara.
Setelah puas menikmati pemandangan dan menghabiskan sebagian kudapan yang telah kami persiapkan sedari awal perjalanan kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan melalui turunan menembus dahan dan dedaunan hingga sampailah kami kembali di mata air yang menyegarkan yang mengalir dari celah bebatuan begitulah perjalanan yang menyenangkan bukan?
Selepas melepas dahaga juga berfoto bersama perjalanan berlanjut juga kita lalui dengan bahagia hingga akhirnya kita sampailah jua di tempat kami mendirikan tenda menitipkan sepeda motor kami.
Dan simaklah petualangan Cerita Alazka dalam Pendakian Gunung Lawe versi YouTube:
Nama:Esti Utami
BalasHapusKelas: 10 DPIB 2